I am keeping one I really want to recommend on the last night for you. Here is the first version, key third studio album "Rolling papers" from Pittsburgh rapper Wiz Khalifa. Compared with the regular version 14 - the path, and the issuance of iTunes by the United States and one of the most rewarding and a handbook for the digital spectrum. This album is really good. You do not want to miss it.
Tuesday, March 29, 2011
Wiz Khalifa Rolling Papers
I am keeping one I really want to recommend on the last night for you. Here is the first version, key third studio album "Rolling papers" from Pittsburgh rapper Wiz Khalifa. Compared with the regular version 14 - the path, and the issuance of iTunes by the United States and one of the most rewarding and a handbook for the digital spectrum. This album is really good. You do not want to miss it.
Gluten Free Diet
Have you noticed an abundance of gluten-free foods available in grocery stores or on menus these days? Perhaps the proliferation of gluten-free products, as well as marketing them, lead you to believe that they are a new medicine to better health or weight loss.
So, what is the real story? Will go on a diet free of gluten improve your health or help you lose weight? The answer is that it depends. Reduce the intake of gluten means you agree to dispense with a lot of starches and refined carbohydrates, and this in itself can help in your weight and health. Eating gluten-free, however, is a must for those with celiac disease, who face a real risk of eating gluten.
What is gluten?
Gluten is a protein found in wheat, barley and rye products. Containing gluten, most types of grain and bread. Examples of grain-free gluten include wild or brown rice and quinoa, millet, buckwheat and amaranth.
What is not known widely on the gluten-free products is that they still contain the same number of carbohydrates that contain gluten counterparts. In this regard, and there is no health benefit for the selection of gluten-free versions.
For example, a typical slice of bread free of gluten contains 15 grams of total carbohydrates - the same amount of ordinary slice of bread. A snack of biscuits free from gluten containing 30 grams of carbohydrates per meal, the same as the regular crackers.
Gluten Free Diet
Have you noticed an abundance of gluten-free foods available in grocery stores or on menus these days? Perhaps the proliferation of gluten-free products, as well as marketing them, lead you to believe that they are a new medicine to better health or weight loss.
So, what is the real story? Will go on a diet free of gluten improve your health or help you lose weight? The answer is that it depends. Reduce the intake of gluten means you agree to dispense with a lot of starches and refined carbohydrates, and this in itself can help in your weight and health. Eating gluten-free, however, is a must for those with celiac disease, who face a real risk of eating gluten.
What is gluten?
Gluten is a protein found in wheat, barley and rye products. Containing gluten, most types of grain and bread. Examples of grain-free gluten include wild or brown rice and quinoa, millet, buckwheat and amaranth.
What is not known widely on the gluten-free products is that they still contain the same number of carbohydrates that contain gluten counterparts. In this regard, and there is no health benefit for the selection of gluten-free versions.
For example, a typical slice of bread free of gluten contains 15 grams of total carbohydrates - the same amount of ordinary slice of bread. A snack of biscuits free from gluten containing 30 grams of carbohydrates per meal, the same as the regular crackers.
Monday, March 28, 2011
biografi pahlawanku(SARWO EDHIE WIBOWO)
Semasa kecil, Sarwo Edhi punya hobi berkelahi dan mengadu nyali (keberanian). Sampai akhirnya, ia belajar silat untuk mengasah kepandaiannya berkelahi. Anehnya, setelah ia mampu bermain silat, ia malah jarang berkelahi. Sebab, teman-teman yang diajaknya berkelahi sudah lari ketakutan sebelum berkelahi.
Ayahnya adalah seorang pegawai negeri sipil (Kepala Pegadaian) pada masa penjajahan Belanda. Meski didik oleh seorang pegawai negeri sipil, Sarwo kecil menjadikan ayahnya sebagai gambaran ideal baginya.
Sejak kecil Sarwo Edhi sangat ingin menjadi seorang prajurit. Ia mengagumi para tentara Jepang yang selalu memenangkan pertempuran melawan sekutu. Oleh sebab itu, ia mendaftarkan diri menjadi heiho (pembantu tentara) di Surabaya dengan harapan bisa menjadi tentara.
Sayang, selama ia menjadi heiho tidak ada keterampilan perang yang membuat ia tangguh menjadi seorang prajurit. Akhirnya ia meninggalkan pekerjaannya sebagai heiho. Setelah beberapa waktu, ia bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) . Ia membentuk batalion yang akhirnya bubar.
Menjadi Pucuk Pimpinan Tertinggi di Angkatan Darat
Perannya yang paling gemilang diraihnya pada tahun 1965, ketika peristiwa G-30-S/PKI meledak.
Sebagai Komandan RPKAD (Resimen Komando Angkatan Darat) yang namanya sempat diubah menjadi Kopasandha (Komando Pasukan Sandi Yudha) dan berubah lagi menjadi Kopassus (Komando Pasukan Khusus- pasukan elit TNI Angkata Darat, yang lebih dikenal dengan nama pasukan baret merah ), Sarwo Edhi turun sendiri ke medan pertempuran menuntaskan para pemberontak dan menenangkan masyarakat.
Sukses menjalani karirnya, Sarwo Edhi pensiun dari bidang militer dan beralih ke lingkungan sipil. Ia dipercaya oleh negara untuk menjadi duta besar di Korea Selatan dan ditunjuk sebagai Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri. Setelah itu, Sarwo Edhi sempat ditunjuk untuk memangku jabatan sebagai Kepala BP7.
Di luar karirnya di bidang militer dan sipil, ternyata Jenderal Sarwo Edhi adalah penggemar olahraga taekwondo. Hingga masa akhir hidupnya, ia menjadi Ketua Taekwondo Indonesia.
Selain olahraga, Sarwo Edhi juga suka nonton film-film sejarah dan kolosal. Tokoh film favoritnya adalah Jenderal Mc. Arthur dan Jenderal Rommel. Meski ia suka film-film barat, ia juga penggemar wayang dan keris, lho!
Tahukah Kamu?
Jenderal (Purn) Sarwo Edhi adalah ayah dari Ibu Negara kita, Ibu Ani Yudhoyono. Nama beliau pun diabadikan menjadi nama sebuah gedung pertemuan di markas Koppasus Cijantung, Jakarta Timur.
Profil
Nama : SARWO EDHIE WIBOWO
Lahir : Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925
Meninggal: Jakarta, 09 November 1989
Agama :Islam
Pendidikan :
- MULO
- SMA
- Pendidikan Militer calon bintara Peta, Magelang
- Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, AS
- General Staff College, Australia
Karir :
- Komandan pasukan BKR (1945)
- Komandan Kompi Batalyon V Brigade IX, Divisi Diponegoro (1945-1951)
- Komandan Kompi Bantuan, Resimen 13 Teritorium Diponegoro (1952-1953)
- Wakil Komandan Resimen Taruna Akademi Militer Nasional (1959- 1961)
- Kepala Staf RPKAD (1962-1964)
- Komandan RPKAD (1965-1967)
- Panglima Kodam II Bukit Barisan (1967-1968)
- Panglima Kodam XVII Cenderawasih (1968-1970)
- Gubernur Akabri (1970-1973)
- Dubes RI di Kor-Sel
- Irjen Deplu (1978-1983)
- Kepala BP7 (1984 --1990 )
Kegiatan Lain :
- Ketua Umum Perkumpulan Taekwondo Indonesia (1984 -- 1999)
Kosa Kata
batalion
kesatuan tentara (300--1.000 tentara) merupakan bagian dari resimen.
resimen
pasukan tentara yang terdiri atas beberapa batalion yang biasanya dikepalai oleh seorang perwira menengah. (berbagai sumber/KBBI/Kidnesia)
biografi pahlawanku(SARWO EDHIE WIBOWO)
Semasa kecil, Sarwo Edhi punya hobi berkelahi dan mengadu nyali (keberanian). Sampai akhirnya, ia belajar silat untuk mengasah kepandaiannya berkelahi. Anehnya, setelah ia mampu bermain silat, ia malah jarang berkelahi. Sebab, teman-teman yang diajaknya berkelahi sudah lari ketakutan sebelum berkelahi.
Ayahnya adalah seorang pegawai negeri sipil (Kepala Pegadaian) pada masa penjajahan Belanda. Meski didik oleh seorang pegawai negeri sipil, Sarwo kecil menjadikan ayahnya sebagai gambaran ideal baginya.
Sejak kecil Sarwo Edhi sangat ingin menjadi seorang prajurit. Ia mengagumi para tentara Jepang yang selalu memenangkan pertempuran melawan sekutu. Oleh sebab itu, ia mendaftarkan diri menjadi heiho (pembantu tentara) di Surabaya dengan harapan bisa menjadi tentara.
Sayang, selama ia menjadi heiho tidak ada keterampilan perang yang membuat ia tangguh menjadi seorang prajurit. Akhirnya ia meninggalkan pekerjaannya sebagai heiho. Setelah beberapa waktu, ia bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) . Ia membentuk batalion yang akhirnya bubar.
Menjadi Pucuk Pimpinan Tertinggi di Angkatan Darat
Perannya yang paling gemilang diraihnya pada tahun 1965, ketika peristiwa G-30-S/PKI meledak.
Sebagai Komandan RPKAD (Resimen Komando Angkatan Darat) yang namanya sempat diubah menjadi Kopasandha (Komando Pasukan Sandi Yudha) dan berubah lagi menjadi Kopassus (Komando Pasukan Khusus- pasukan elit TNI Angkata Darat, yang lebih dikenal dengan nama pasukan baret merah ), Sarwo Edhi turun sendiri ke medan pertempuran menuntaskan para pemberontak dan menenangkan masyarakat.
Sukses menjalani karirnya, Sarwo Edhi pensiun dari bidang militer dan beralih ke lingkungan sipil. Ia dipercaya oleh negara untuk menjadi duta besar di Korea Selatan dan ditunjuk sebagai Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri. Setelah itu, Sarwo Edhi sempat ditunjuk untuk memangku jabatan sebagai Kepala BP7.
Di luar karirnya di bidang militer dan sipil, ternyata Jenderal Sarwo Edhi adalah penggemar olahraga taekwondo. Hingga masa akhir hidupnya, ia menjadi Ketua Taekwondo Indonesia.
Selain olahraga, Sarwo Edhi juga suka nonton film-film sejarah dan kolosal. Tokoh film favoritnya adalah Jenderal Mc. Arthur dan Jenderal Rommel. Meski ia suka film-film barat, ia juga penggemar wayang dan keris, lho!
Tahukah Kamu?
Jenderal (Purn) Sarwo Edhi adalah ayah dari Ibu Negara kita, Ibu Ani Yudhoyono. Nama beliau pun diabadikan menjadi nama sebuah gedung pertemuan di markas Koppasus Cijantung, Jakarta Timur.
Profil
Nama : SARWO EDHIE WIBOWO
Lahir : Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925
Meninggal: Jakarta, 09 November 1989
Agama :Islam
Pendidikan :
- MULO
- SMA
- Pendidikan Militer calon bintara Peta, Magelang
- Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, AS
- General Staff College, Australia
Karir :
- Komandan pasukan BKR (1945)
- Komandan Kompi Batalyon V Brigade IX, Divisi Diponegoro (1945-1951)
- Komandan Kompi Bantuan, Resimen 13 Teritorium Diponegoro (1952-1953)
- Wakil Komandan Resimen Taruna Akademi Militer Nasional (1959- 1961)
- Kepala Staf RPKAD (1962-1964)
- Komandan RPKAD (1965-1967)
- Panglima Kodam II Bukit Barisan (1967-1968)
- Panglima Kodam XVII Cenderawasih (1968-1970)
- Gubernur Akabri (1970-1973)
- Dubes RI di Kor-Sel
- Irjen Deplu (1978-1983)
- Kepala BP7 (1984 --1990 )
Kegiatan Lain :
- Ketua Umum Perkumpulan Taekwondo Indonesia (1984 -- 1999)
Kosa Kata
batalion
kesatuan tentara (300--1.000 tentara) merupakan bagian dari resimen.
resimen
pasukan tentara yang terdiri atas beberapa batalion yang biasanya dikepalai oleh seorang perwira menengah. (berbagai sumber/KBBI/Kidnesia)
Sunday, March 27, 2011
pahlawan revolusi
Kapten Pierre Tendean merupakan salah satu korban pembunuhan G30S-PKI yang juga mendapatkan gelar Pahlawan Revolusi Indonesia, saat itu menjadi ajudan Jenderal AH. Nasution.
Pierre Andreas Tendean adalah seorang keturunan Menado. Di rumah A.H. Nasution beliau biasanya disapa dengan “Pierre”, bukan Tendean. Tendean sendiri adalah nama fam yang dipakainya– Tendean : Tempat berpijak. Beliau adalah putera dari DR. A.L Tendean yang berasal dari Minahasa, sedang ibunya seorang berdarah Perancis bernama Cornel ME.
Beliau lahir di Jakarta, 21 Februari 1939, dan beragama Protestan. Lulus dari SMA “B” dilanjutkan ke Akmil Jurtek AD. Pierre adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak dan adiknya semua wanita, sehingga sebagai satu-satunya anak lelaki dialah tumpuan harapan orang tuanya.
Sesudah Pierre tamat dari SD di Magelang, meneruskan ke SMP bagian B dan kemudian ke SMA bagian B di Semarang. Setelah tamat dari SMA orang tuanya menganjurkan agar Pierre masuk Fakultas Kedokteran. Akan tetapi Pierre telah mempunyai pilihan sendiri, ingin masuk Akademi Militer Nasional, dan bercita-cita menjadi seorang perwira ABRI.
Pierre memasuki ATEKAD Angkatan ke VI di Bandung tahun 1958.
Tahun 1959 ketika sebagai Kopral Taruna, beliau juga ikut dalam operasi Sapta Marga di Sumatera Utara. Beliau dilantik sebagai Letda Czi tahun 1962. Setelah mengalami tugas, antara lain sebagai Danton Yon Zipur 2/Dam II Bukit Barisan, dan mengikuti Pendidikan Intelijen tahun 1963 serta pernah menyusup ke Malaysia masa Dwikora sewaktu bertugas di DIPIAD, maka pada tahun 1965 diangkat sebagai Ajudan Menko Hankam/Kasab Jenderal TNI A.H. Nasution ketika pangkatnya masih Letda, kemudian naik menjadi Lettu.
Dalam jabatan sebagai Ajudan Jenderal TNI A.H. Nasution inilah Pierre Tendean gugur, ketika G 30 S/PKI berusaha untuk menculik/membunuh Jenderal TNI A.H. Nasution.
Di saat gerombolan G 30 S/PKI ingin menculik Pak Nas pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Pierre yang saat itu sedang tidur di paviliun rumah Pak Nas, segera bangun, karena mendengar kegaduhan di rumah pak Nas. Ketika ia keluar ia sudah menjinjing senjata, namun ia ditangkap oleh gerombolan penculik yaitu oleh Pratu Idris dan Jahurup. Pierre disangka sebagai Pak Nas. Kemudian dia diikat kedua tangannya dan dibawa dengan truk ke Lubang Buaya. Waktu itu gerombolan menyangka bahwa Pak Nas berhasil ditangkap hidup-hidup.
Ketika interogasi di Lubang Buaya, ternyata gerombolan G30S/PKI telah “salah tangkap”. Pierre yang dikira sebagai Pak Nas, akhirnya dieksekusi pada giliran terakhir. Ini mungkin karena beliau dianggap bukan orang yg diprioristaskan untuk dieksekusi. Sebelumnya, para perwira telah terlebih dahulu dieksekusi. Salah satu sumber fakta ini adalah dari posisi mayat PA. Tendean yg terletak paling atas di dalam Sumur Lubang Buaya, ketika proses evakuasi jenazah para Pahlawan Revolusi. Yang pertama dimasukkan adalah jenazah Brigjend Pandjaitan, kemudian Letjend. A. Yani, Mayjend. M.T. Haryono, Brigjend. Sutoyo, Mayjend. Suprapto yang diikat bersama-sama dengan Mayjend. Siswondo Parman. Terakhir adalah Jenazah Lettu P.A. Tendean.
Seluruh jenazah dianugerahkan pangkat Anumerta, yaitu gelar kenaikan pangkat satu tingkat yang diberikan kepada seseorang yang meninggal dunia akibat suatu peristiwa yang berhubungan dengan bela negara, atau mengangkat dan mengharumkan nama bangsa. Biasanya gelar ini lazim diberikan kepada seseorang dalam jabatan militer tapi tidak menutup kemungkinan diberikan juga kepada pegawai negeri sipil yang meninggal dunia dalam melaksanakan tugasnya.
Maka pangkat/gelar PA. Tendean menjadi KAPTEN CZI Anumerta.
Beliau dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
Pierre Andreas Tendean adalah seorang keturunan Menado. Di rumah A.H. Nasution beliau biasanya disapa dengan “Pierre”, bukan Tendean. Tendean sendiri adalah nama fam yang dipakainya– Tendean : Tempat berpijak. Beliau adalah putera dari DR. A.L Tendean yang berasal dari Minahasa, sedang ibunya seorang berdarah Perancis bernama Cornel ME.
Beliau lahir di Jakarta, 21 Februari 1939, dan beragama Protestan. Lulus dari SMA “B” dilanjutkan ke Akmil Jurtek AD. Pierre adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak dan adiknya semua wanita, sehingga sebagai satu-satunya anak lelaki dialah tumpuan harapan orang tuanya.
Sesudah Pierre tamat dari SD di Magelang, meneruskan ke SMP bagian B dan kemudian ke SMA bagian B di Semarang. Setelah tamat dari SMA orang tuanya menganjurkan agar Pierre masuk Fakultas Kedokteran. Akan tetapi Pierre telah mempunyai pilihan sendiri, ingin masuk Akademi Militer Nasional, dan bercita-cita menjadi seorang perwira ABRI.
Pierre memasuki ATEKAD Angkatan ke VI di Bandung tahun 1958.
Tahun 1959 ketika sebagai Kopral Taruna, beliau juga ikut dalam operasi Sapta Marga di Sumatera Utara. Beliau dilantik sebagai Letda Czi tahun 1962. Setelah mengalami tugas, antara lain sebagai Danton Yon Zipur 2/Dam II Bukit Barisan, dan mengikuti Pendidikan Intelijen tahun 1963 serta pernah menyusup ke Malaysia masa Dwikora sewaktu bertugas di DIPIAD, maka pada tahun 1965 diangkat sebagai Ajudan Menko Hankam/Kasab Jenderal TNI A.H. Nasution ketika pangkatnya masih Letda, kemudian naik menjadi Lettu.
Dalam jabatan sebagai Ajudan Jenderal TNI A.H. Nasution inilah Pierre Tendean gugur, ketika G 30 S/PKI berusaha untuk menculik/membunuh Jenderal TNI A.H. Nasution.
Di saat gerombolan G 30 S/PKI ingin menculik Pak Nas pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Pierre yang saat itu sedang tidur di paviliun rumah Pak Nas, segera bangun, karena mendengar kegaduhan di rumah pak Nas. Ketika ia keluar ia sudah menjinjing senjata, namun ia ditangkap oleh gerombolan penculik yaitu oleh Pratu Idris dan Jahurup. Pierre disangka sebagai Pak Nas. Kemudian dia diikat kedua tangannya dan dibawa dengan truk ke Lubang Buaya. Waktu itu gerombolan menyangka bahwa Pak Nas berhasil ditangkap hidup-hidup.
Ketika interogasi di Lubang Buaya, ternyata gerombolan G30S/PKI telah “salah tangkap”. Pierre yang dikira sebagai Pak Nas, akhirnya dieksekusi pada giliran terakhir. Ini mungkin karena beliau dianggap bukan orang yg diprioristaskan untuk dieksekusi. Sebelumnya, para perwira telah terlebih dahulu dieksekusi. Salah satu sumber fakta ini adalah dari posisi mayat PA. Tendean yg terletak paling atas di dalam Sumur Lubang Buaya, ketika proses evakuasi jenazah para Pahlawan Revolusi. Yang pertama dimasukkan adalah jenazah Brigjend Pandjaitan, kemudian Letjend. A. Yani, Mayjend. M.T. Haryono, Brigjend. Sutoyo, Mayjend. Suprapto yang diikat bersama-sama dengan Mayjend. Siswondo Parman. Terakhir adalah Jenazah Lettu P.A. Tendean.
Seluruh jenazah dianugerahkan pangkat Anumerta, yaitu gelar kenaikan pangkat satu tingkat yang diberikan kepada seseorang yang meninggal dunia akibat suatu peristiwa yang berhubungan dengan bela negara, atau mengangkat dan mengharumkan nama bangsa. Biasanya gelar ini lazim diberikan kepada seseorang dalam jabatan militer tapi tidak menutup kemungkinan diberikan juga kepada pegawai negeri sipil yang meninggal dunia dalam melaksanakan tugasnya.
Maka pangkat/gelar PA. Tendean menjadi KAPTEN CZI Anumerta.
Beliau dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Mayjen Sutoyo Siswomiharjo adalah salah satu dari ke-7 anggota TNI yang mendapatkan gelar Pahlawan Revolusi Indonesia yang wafat mempertahankan kesatuan NKRI dari PKI pada tanggal 1 Oktober 1965 yang menjadi tragedi berdarah G30S-PKI.
Nama: Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Lahir: Kebumen, 23 Agustus 1922
Gugur: Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965
Agama: Islam
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Pendidikan:
Adapun gerombolan yang bertugas menculik Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo dipimpin oleh Serma Surono dari Men Cakrabirawa dengan kekuatan 1 (satu) peleton. Dengan todongan bayonet, mereka menanyakan kepada pembantu rumah untuk menyerahkan kunci pintu yang menuju kamar tengah. Setelah pintu dibuka oleh Brigjen TNI Sutoyo, maka pratu Suyadi dan Praka Sumardi masuk ke dalam rumah, mereka mengatakan bahwa Brigjen TNI Sutoyo dipanggil oleh Presiden. Kedua orang itu membawa Brigjen TNI Sutoyo ke luar rumah sampai pintu pekarangan diserahkan pada Serda Sudibyo. Dengan diapit oleh Serda Sudibyo dan Pratu Sumardi, Brigjen TNI Sutoyo berjalan keluar pekarangan meninggalkan tempat untuk selanjutnya dibawa menuju Lubang Buaya, gugur dianiaya di luar batas-batas kemanusiaan oleh gerombolan G 30 S/PKI.
Nama: Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Lahir: Kebumen, 23 Agustus 1922
Gugur: Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965
Agama: Islam
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Pendidikan:
- HIS di Semarang
- AMS tahun 1942 di Semarang
- Balai Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta.
- Pegawai Menengah/III di Kabupaten Purworejo
- Kepala Organisasi Resimen II PT (Polisi Tentara) Purworejo dengan pangkat Kapten (1946)
- Kepala Staf CPMD Yogyakarta (1948-1949)
- Komandan Batalyon I CPM (1950)
- Danyon V CPM (1951)
- Kepala Staf MBPM (1954)
- Pamen diperbantukan SUAD I dengan pangkat Letkol (1955-1956)
- Asisten ATMIL di London (1956)
- Pendidikan Kursus “C” Seskoad (1960)
- 1961 naik pangkat menjadi Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD dan tahun 1964 naik pangkat menjadi Brigjen.
Adapun gerombolan yang bertugas menculik Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo dipimpin oleh Serma Surono dari Men Cakrabirawa dengan kekuatan 1 (satu) peleton. Dengan todongan bayonet, mereka menanyakan kepada pembantu rumah untuk menyerahkan kunci pintu yang menuju kamar tengah. Setelah pintu dibuka oleh Brigjen TNI Sutoyo, maka pratu Suyadi dan Praka Sumardi masuk ke dalam rumah, mereka mengatakan bahwa Brigjen TNI Sutoyo dipanggil oleh Presiden. Kedua orang itu membawa Brigjen TNI Sutoyo ke luar rumah sampai pintu pekarangan diserahkan pada Serda Sudibyo. Dengan diapit oleh Serda Sudibyo dan Pratu Sumardi, Brigjen TNI Sutoyo berjalan keluar pekarangan meninggalkan tempat untuk selanjutnya dibawa menuju Lubang Buaya, gugur dianiaya di luar batas-batas kemanusiaan oleh gerombolan G 30 S/PKI.
Letnan Jenderal Anumerta Suprapto
Letjen Suprapto adalah seorang pahlawan yang juga mendapatkan gelar Pahlawan Revolusi Indonesia bersama dengan ke-6 Pahlawan Revolusi lainnya.
Nama: Letnan Jenderal Anumerta Suprapto
Lahir: Purwokerto, 20 Juni 1920
Agama: Islam
Pendidikan Umum:
Pendidikan Tentara: Koninklijke Militaire Akademie di Bandung, tapi tidak sampai tamat.
Pengalaman Pekerjaan: Kantor Pendidikan Masyarakat
Karier Militer:
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Nama: Letnan Jenderal Anumerta Suprapto
Lahir: Purwokerto, 20 Juni 1920
Agama: Islam
Pendidikan Umum:
- MULO (setingkat SLTP)
- AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta, tamat tahun 1941
- Kursus Pusat Latihan Pemuda
- Latihan Keibodan, Seinendan, dan Syuisyintai
Pendidikan Tentara: Koninklijke Militaire Akademie di Bandung, tapi tidak sampai tamat.
Pengalaman Pekerjaan: Kantor Pendidikan Masyarakat
Karier Militer:
- Deputy II Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), Jakarta
- Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk Wilayah Sumatera, Medan
- Staf Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta
- Staf Angkatan Darat, Jakarta
- Kepala Staf Tentara & Teritorium (T&T) IV/Diponegoro, Semarang
- Ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman
- Anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Letnan Jenderal Anumerta S. Parman
Letjen S. Parman merupakan salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia yang ikut gugur dalam peristiwa G30S-PKI bersama dengan ke-6 orang lainnya yang juga mendapatkan gelar Pahlawan Revolusi.
Nama: Letnan Jenderal Anumerta S. Parman
Lahir: Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918
Agama: Islam
Pendidikan Umum Terakhir: Sekolah Tinggi Kedokteran (tidak tamat)
Pendidikan Lain: Kenpei Kasya Butai
Pendidikan Tentara: Military Police School, Amerika Serikat.
Pengalaman Pekerjaan: Jawatan Kenpeitai
Karier Militer:
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Nama: Letnan Jenderal Anumerta S. Parman
Lahir: Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918
Agama: Islam
Pendidikan Umum Terakhir: Sekolah Tinggi Kedokteran (tidak tamat)
Pendidikan Lain: Kenpei Kasya Butai
Pendidikan Tentara: Military Police School, Amerika Serikat.
Pengalaman Pekerjaan: Jawatan Kenpeitai
Karier Militer:
- Tahun 1964, Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad)
- Tahun 1959, Atase Militer RI di London
- Staf di Kementerian Pertahanan
- Maret tahun 1950, Kepala Staf G
- Desember tahun 1949 Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya.
- Tahun 1945, Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta
- Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Letnan Jenderal Anumerta M.T. Haryono
Letjen M.T. Haryono juga merupakan salah satu dari ke-7 Pahlawan Revolusi Indonesia yang gugur dalam peristiwa G30S-PKI pada tanggal 1 Oktober 1965 yang kemudian diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Nama: Letnan Jenderal Anumerta M.T. Haryono
Lahir: Surabaya, 20 Januari 1924
Agama: Islam
Pendidikan Umum:
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Nama: Letnan Jenderal Anumerta M.T. Haryono
Lahir: Surabaya, 20 Januari 1924
Agama: Islam
Pendidikan Umum:
- ELS (setingkat Sekolah Dasar)
- HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum)
- Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan Jepang)
- Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad)
- Direktur Intendans Angkatan Darat
- Atase Militer RI di Negara Belanda (tahun 1950)
- Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar (KMB)
- Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda
- Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata
- Sekretaris Dewan Pertahanan Negara
- Bekerja di Kantor Penghubung
- Masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Mayor Jenderal Anumerta Donald Isac Panjaitan
Mayor Jenderal Anumerta Donald Isac Panjaitan adalah seorang pahlawan yang turut gugur dalam peristiwa G30S-PKI dan juga mendapatkan gelar kepahlawanan Pahlawan Revolusi Indonesia oleh pemerintah NKRI.
Nama: Mayor Jenderal Anumerta Donald Isac Panjaitan
Lahir: Balige, Tapanuli, 9 Juni 1925
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata
Agama: Kristen
Pendidikan Formal:
Pendidkan Militer: Latihan Gyugun
Pendidikan Lain:
Salah seorang pembentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk PKI
Tanda Kehormatan: Pahlawan Revolusi.
Lahir: Balige, Tapanuli, 9 Juni 1925
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata
Agama: Kristen
Pendidikan Formal:
- Sekolah Dasar
- Sekolah Menengah Pertama
- Sekolah Menengah Atas
Pendidkan Militer: Latihan Gyugun
Pendidikan Lain:
- Kursus Militer Atase (Milat), tahun 1956
- Associated Command and General Staff College, di Amerika Serikat
- Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), tahun 1962
- Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat
- Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) II/Sriwijaya di Palembang
- Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan
- Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
- Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera
- Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, tahun 1948
- Komandan Batalyon Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
- Anggota Gyugun Pekanbaru, Riau
Salah seorang pembentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk PKI
Tanda Kehormatan: Pahlawan Revolusi.
Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani
Barangkali ada yang belum tau sejarah Indonesia, Pahlawan Revolusi adalah para pahlawan yang gugur dalam peristiwa G 30 S PKI pada tahun 1965. Para pahlawan ini merupakan korban kebiadaban PKI yang disiksa dan dibunuh tanggal 1 Oktober 1965. Mayat korban ditemukan pada sumur tua di daerah lubang buaya Jakarta Timur. Oleh karena itu setiap tanggal 1 Oktober, diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Nama: Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani
Lahir: Jenar, Purworejo, 19 Juni 1922
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata
Agama: Islam
Ayah: Sarjo bin Suharyo
Ibu: Murtini
Pendidikan Formal:
Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) sejak tahun 1962
Bintang Kehormatan:
Nama: Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani
Lahir: Jenar, Purworejo, 19 Juni 1922
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata
Agama: Islam
Ayah: Sarjo bin Suharyo
Ibu: Murtini
Pendidikan Formal:
- HIS (setingkat S D) Bogor, tamat tahun 1935
- MULO (setingkat S M P) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
- AMS (setingkat S M U) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
- Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
- Pendidikan Heiho di Magelang
- Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor
- Command and General Staf College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA, tahun 1955
- Spesial Warfare Course di Inggris, tahun 1956
Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) sejak tahun 1962
Bintang Kehormatan:
- Bintang RI Kelas II
- Bintang Sakti
- Bintang Gerilya
- Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
- Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
- Satyalancana G:O.M. I dan VI
- Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
- Satyalancana Irian Barat (Trikora)
- Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958)
Daftar Nama Pahlawan Revolusi Korban Kekejaman Peristiwa Gerakan 30 September PKI 1965 G/30S/PKI Gestapu - Sejarah Indonesia
Nama: Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani
Lahir: Jenar, Purworejo, 19 Juni 1922
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata
Nama: Mayor Jenderal Anumerta Donald Isac Panjaitan
Lahir: Balige, Tapanuli, 9 Juni 1925
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata
Agama: Kristen
Nama: Letnan Jenderal Anumerta M.T. Haryono
Lahir: Surabaya, 20 Januari 1924Agama: IslamTanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Nama: Letnan Jenderal Anumerta S. Parman
Lahir: Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918
Agama: Islam
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Nama: Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Lahir: Kebumen, 23 Agustus 1922
Gugur: Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965
Agama: Islam
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Nama: Kapten (Anumerta) Pierre Andreas Tendean
Lahir: Jakarta,21 febuari 1939
Gugur: Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965
Agama: Protestan
Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi
Subscribe to:
Posts (Atom)